Senin, 09 November 2009

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI



Tidak dapat di sangkal bahwa perkembangan komunikasi di era globalisasi amatlah peasat contohnya seperrti:Implementasi internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain-lain,itu sudah mulai menjamah setiap negara bagian tanpa terkecuali, yang mengakibatkan sebuah revolusi besar dalam bidan informasi, seperti dahulu proses pengolahan data bisa memakan waktu berhari-hari sebelum di kirimkan, tetapi saat ini dalam hitungan detik saja sebuah informasi dapat terkirim langsung keseluruh informan yang membutuhkan informasi tersebut dengan teknologi informasi (internet).

Tidak berlebihan jika salah satu pakar IBM menganalogikannya dengan perkembangan otomotif sebagai berikut: “seandainya dunia otomotif mengalami kemajuan sepesat teknologi informasi, saat ini telah dapat diproduksi sebuah mobil berbahan bakar solar, yang dapat dipacu hingga kecepatan maximum 10,000 km/jam, dengan harga beli hanya sekitar 1 dolar Amerika !”. Secara mikro, ada hal cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang bergerak di bidang jasa. Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era tersebut (Cash et.al., 1992), terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun 1960-an.

Dan informasi tersebut tidak dapat di hetikan akan terus berkembang sampai tidak ada satu orang pun yang membutuhkan informasi, dan informasi tersebut seakan tidak memprihal kan suatu batasan antar informan, baik di daerah, kota, bahkan sampai antar negara sekalipun dan dalim nformasi tidak mengenal suatu batsan toritorial. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet, Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya di masyarakat. Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum yang sesuai dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal yang berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi.sehingga membuat suatu perusahaan tidak terkait oleh batasan dalam mencari kostemer, dengan teknologi informasi (internet) perusahaan dapat dengan cepat memasarkan produksi mereka tanpa harus melalui hal-hal yang panjang. Dan melalui itu pula mereka bisa langsung melakukan trasaksi tanpa harus mempertimbangkan tempat dan waktu. Transaksi-transaksi perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui electronic transaction dengan mempergunakan electronic money.

Maka dari itu banyak perusahan-perusahaan yang harus mendisain ulang tata kerja mereka apa lagi yang bergulat dalam bidang jasa, karena banyak kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh teknologi informasi, dalam hal ini pemanfaatan teknologi tersebut amatlah terasa, maka takbanyank perusahan yang harus banting setir menyusun kembali sistem kerja mereka, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa. Di suatu sisi banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya atau SDM-nya, sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan untuk membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki teknologi informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional lainnya, alias harus gulung tikar.

Hal paling mendasar yang memebingunkan kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis yang ada pada saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan tersebut bukan karena dampak kompetisi antar perusahaan (interen) saja melain kan banyak hal seperti:politik (demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan baru yang harus ditaati perusahaan (eksteren).secara opeasional fenomena ini suatu perhitungan yang matang bagi praktisi-praktisi atau pakar-pakar teknologi informasi dalam menyusun sistemnya.Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem informasi, terjadi perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa ulang terhadap sistem yang akan dibangun. Dengan mencermati keadaan ini, jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok untuk perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan produk-produk aplikasi yang berbasis objek, seperti OOP (Object Oriented Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management System), Object Technology, Distributed Object, dan lain sebagainya.

Keungulan tersebut amatlah signifikan seperti:

1.Pada level operasional, yang terjadi dalah restrukturisasi dan redistribusi dari bit-bit digital (digital management), sehingga mudah sekali bagi perusahaan untuk meniru model bisnis dari perusahaan lain yang telah sukses;

2.Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah kantor beroperasi 8 jam sehari, dengan teknologi informasi perusahaan harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari seminggu dan 24 jam sehari, karena jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah menyaingi perusahaan terkait.

3.Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi dengan berjuta-juta perusahaan yang terkoneksi di internet, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan dengan biaya yang sangat murah (rendahnya switching cost).

4.Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas, harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor luar yang tidak berada di dalam kontrol perusahaan, dan

5.Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta teori perfect competition) secara tidak langsung telah terjadi di dunia internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan dengan kondisi market semacam itu berlaku terjadi di dunia maya.
Melihat kenyataan di atas, perusahaan harus memiliki kriteria-kriteria (critical success factors) dan ukuran-ukuran (performance indicators) yang dapat dijadikan sebagai barometer sukses tidaknya perusahaan dalam memiliki dan mempertahankan keunggulun kompetitif tertentu. Beberapa teori keunggulan kompetitif di dunia maya menganjurkan agar paling tidak 7 (tujuh) aspek harus menjadi perhatian dari sebuah perusahaan, yaitu masing-masing:

    * Customer Service
    * Price
    * Quality
    * Fulfillment Time
    * Agility
    * Time to Market
    * Market Reach

Strategic Uses of Information Technology.

Sebelum teknologi ini di terapkan banyak pertimbangan lain yang harus di pertimbangkan dengan seksama agar perkembangan informasi tidak salah target dan dapat meyakinkan semua pihak terutama para pustakawan bahwa Teknologi Informasi ini akan membawa PNRI lebih baik dan menguntungkan semua stakeholder-nya. Umtuk mendapat keyakinan tersebut harus disusun dengan seksama suatu stategi untuk pengimplementasian Teknologi Informasi yang diharapkan bisa menjamin manfaat TI yang diperoleh akan sebanding dengan investasi yang ditanam, dan mengatasi permasalahan pertumbuhan teknologi yang sangat cepat.Di atas itu semua strategi Teknologi Informasi ini tentunya harus sejalan dengan strategi organisasi PNRI. Beberapa alsan kenapa strategi perencanaan harus dibuat pertama adalah karena sumber daya yang dimiliki organisasi sangat terbatas, sehingga harus digunakan seoptimal mungkin. Kedua, untuk meningkatkan daya saing atau kinerja organisasi, karena para kompetitor memiliki sumber daya teknologi yang sama dan pembedanya nanti adalah siapa yang memiliki eksekusi terbaik. Alasan ketiga adalah untuk memastikan bahwa aset TI dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan profitabilitas organisasi, baik berupa peningkatan pendapatan (revenue) maupun pengurangan biaya-biaya (costs). Keempat adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan investasi (over investment) atau kekurangan investasi (under investment) di bidang TI. Dan alasan terakhir adalah untuk menjamin bahwa TI yang direncanakan dan dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis organisasi. Karena tidak semua produk TI tergolong baik ada juga produk yang harus di tinjau ulang karena gagal, salah dan lain-lain, sebab itu pada tahap persiapan dan perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan (options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak (impacts), tingkat kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Para pengambil keputusan dan pakar TI juga harus mempelajari arah perkembangan TI seara Global (makro) agar tatget suatu informasi itu dapat tertuju pada tujuannya, maka harus dilakukan pemilahan terhadap teknologi mana saja yang masih dalam tahap percobaan atau perkenalan (infancy/emerging), perkembangan (growth), stabil (mature), dan mulai ditinggalkan (facing out). Tentunya dalam perencanaan tersebut amatlah penting agar tidak menggunakan teknologi yang sudah basi (Facing out), namun harus diingat keberhasilan padakita belum tentu berhasil pada tempat lain atau sebaliknya karena ada beberapa hal yang harus huga di pertimbangkan seperti software dan hardware. Jika diibaratkan hardware dan software adalah senjatanya, maka penentu utamanya tetap adalah man behind the gun yaitu dalam hal ini brainware. Manusia (brainware) yang akan mengimplementasikan sistem informasi yang dibangun, mengembangkan TI sejalan dengan perkembangan organisasi di masa mendatang, serta penentu srategi kebijakan TI itu sendiri. Kemudian sektor SDM pun harus didukung, dan digabungkan dengan Teknologi informasi.




Membangun Customer Focused Bisnis.

Cutomerr Focused Bisnis amatlah pentin untuk memfokuskan custemer pada satu titik. Dalam hal pertama pemasaran dan penjualan banyak perusaaan yang harus gulung tikar karena pemasaran dan penjualanya tidak berbobot atau ada juga yang merasa mampu membuat solusinya namun setahun kemudian gulung tikar juga maka dari itu harus dilakukan lah sebuah riset secara menyeluruh atau umum agar mengurangi resiko falid yang besar. Hal kedua dalam bidang produksi kita harus tau apa yang di inginkan pasar atau customer, dan membuat produk secara teliti agar memenuhi target pemasaran produk. Hal ketiga adalah Administrasi dan Keuangan. Divisi ini bertanggung jawab terhadap masalah legal, administrasi, pembuatan invoice, penagihan, pembayaran dan tetek bengek keuangan termasuk mengatur cash flow dan membayar gaji karyawan.dengan memfokuskan tiga prinsip tersebut perusahaan dapat meminimalisirkan kerugian atau dampak negatif lain yang akan terjadi.



Value Chain & Strategic Informastion System.

Dalam point ini tak jauh bedanya dengan penggunaan strategi teknologi informasi dan di point ini lebih di tekan kan pada, pemasaran sebuah produk agar pemasaran dapat mengenai targer pemasaran yang di tuju.



Re-engineering Bussiness Process.

Dalam point ini menekankan agar menefisiensikan suatu proses baik dalam sistem informasi sampai pembuatan produk agar tidak terj\kesan asal-asalan sehingga target perusahaan mengena tepat pada tujuan perusahaan, dam memberikan mutu yang lebih baik bagus serta efisien bagi customer.




Menciptakan Virtual Company.

Yaitu membuat suatu produk atau software sendiri untuk mendukung efisiensi da kinerja suatu perusaan yang siap dan cepat tanggap




Membangun Knowledge Creating Company.

Dalam membangun knowledge creating commpany kita haru mengetahui beberapa aspek penting sepeti:

1.Important knowledge in Company:

-cara menghadapi pesaingan global

-cara mebuat kepuasan tersendiri untuk pelanggan

-cara menanamkan image baik pada mainset pelanggan

-cepat tanggap dalam mengatai dinamika yang terjadi dan mampu membuat solosi

-melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.

2.Cross cultural interfaces & Knowledge domain :