Rabu, 26 Januari 2011

Pencak Silat dan Sejarahnya

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang perlu banyak konsentrasi.[1]Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, dan Budha dalam pencak silat.[1] Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas.[1] Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.[1] Setiap empat tahun ada pertandingan pencak silat dalam Pekan Olahraga Nasional.[1] Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.[1]Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk pengharum nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa.[2] Sudah diketahui bersama bahwa olahraga dan permainan pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional, artinya Indonesia dikenal salah satunya adalah melalui olahraga dan permainan pencak silat.[2] Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan akan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada didalamnya.[2] Pencak silat adalah aset yang sangat tinggi nilainya.[2]Bagi orang Timur yang fisiknya lebih kecil, lebih ringkih, senjata utamanya adalah teknik.[3] Baik teknik tata bela diri, maupun teknik meningkatkan kemempuan fisik dengan menggunakan kekuatan supranatural.[3] Itulah sebabnya mengapa bela diri oran Timur bermacam-macam bentuknya.[3]

Sejarah Pencak Silat

Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Melayu dengan berbagai nama.[4] Di semenanjung Malaisya dan Singapura, pencak silat lebih dikenal dengan nama gayong dan cekak.[4] Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat.[4] Dari namanya, dapat diketahui bahwa pencak silat berasal dari Indonesia sehingga ditetapkan bahwa olahraga ini diciptakan kali pertama di Indonesia.[4]

Zaman Kuno

Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam.[5] Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung garuda.[5]

Zaman Kerajaan-Kerajaan Di Indonesia

Kerajaan-kerajaan besar, seperti Majapahit dan Sriwijaya memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan.[5] Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Tjik Ditiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Tjut Nyak Din, dan Tjut Mutiah.[5]

Sejarah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)

Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat untuk ikut mengisi kemerdekaan maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia dengan sususnan pengurus besar:[5]

* Ketua Umum : Mr. Wongsonegoro
* Wakil Ketua : Suria Atmadja
* Penulis Umum : Marijun Sudirohadiprodjo
* Bendahara : Suratno Sastroamidjojo

Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI.[4] Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.[4] Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.[4]

Tata Tertib Pencak Silat

Sejalan dengan norma dan nilai budaya Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang harus diperhatikan dan dilakukan dengan seksama ketika berlatih pencak silat, di antaranya sebagai berikut.[4]

* Upacara pembukaan latihan yang terdiri atas:
o Menyiapkan barisan;
o Berdoa dipimpin oleh pelatih;
o Pembacaan "prasetya pesilat Indonesia"
o Penghormatan kepada pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.
* Pemanasan
* Latihan inti
* Pendinginan
* Upacara penutupan latihan (sebagaimana upacara pembukaan) dan diakhiri dengan berjabat tangan.

Nilai Positif Pencak Silat

Konon beberapa ratus tahun silam, nenek moyang kita adalah pendekar yang ahli dalam dunia persilatan.[6] Mereka banyak menciptakan jurus-jurus silat yang telah terbukti kehebatannya.[6] Jurus-jurus silat ini diantaranya bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit dengan berbagai macam cara dan metode. Pencak silat ini memiliki beberapa nama lain, di antaranya silat angka, silat penyembuhan, dan silat 4 sehat 5 sempurna.[6] Disebut silat angka karena silat ini menggunakan angka-angka untuk setiap jurusnya.[6] Angka-angka ini dikombinasikan satu sama lain sebagai rangkaian jurus yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.[6] Karena itu, silat ini juga di sebut sebagai silat penyembuhan.[6] Disebut silat 4 sehat 5 sempurna karena silat ini dibutuhkan oleh tubuh seperti halnya makanan yang memiliki unsur 4 sehat 5 sempurna.[6] Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam permainan dan olahraga pencak silat adalah

1. Percaya diri (self confidence);
2. Melatih ketahanan mental;
3. Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi;
4. jiwa ksatria;
5. Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi.[2]

1 komentar: